√ Perjalanan Achraf Hakimi: Dari Anak Pedagang Kaki Lima hingga Jadi Bintang Maroko - Ensiklopediasli

Senin, 12 Desember 2022

Perjalanan Achraf Hakimi: Dari Anak Pedagang Kaki Lima hingga Jadi Bintang Maroko

Ensiklopediasli - Dilansir dair TribunTernate, salah satu pemain bintang tim nasional Maroko yang tengah menjadi sorotan adalah Achraf Hakimi. 


Bagaimana kisah perjalanannya? Ekonomi sulit, skill elit.


Ia disorot karena berhasil membawa Maroko melaju hingga putaran semi-final Piala Dunia 2022. Menjadi catatan sejarah,  sebagai negara Afrika pertama yang sampai babak 4 besar.

Achraf Hakimi dengan Ibunya
Sumber: CNNINDONESIA


Berawal dari tendangan panenka yang membawa kemenangan bagi Maroko saat adu penalti dengan Spanyol setelah laga 120 menit berjalan tanpa gol di babak 16 besar Piala Dunia 2022.


Saat Hakimi maju, ia mencodongkan tubuh ke kiri sehingga kiper Spanyol yang digawangi oleh Unai Simon mati langkah salah membaca bola, dan panenkanya pun tereksekusi dengan baik.


Padahal teknik panenka merupakan teknik yang sulit digunakan, apalagi saat melawan negara kuat seperti Spanyol. 


Terbukti dengan mentalnya, dia sukses melakukan gaya panenka dengan sempurna dan berbuah kemenangan 3-0 tanpa balas oleh Maroko.


Jalan yang Panjang dan Terjal


Achraf Hakimi lahir di Madrid, Spanyol pada tanggal 4 November 1998.


Perjalanannya menuju puncak kesuksesan seperti sekarang ternyata panjang, terjal dan berliku.


Saat masih sangat muda dan berada di bawah binaan akademi Real Madrid, Achraf Hakimi disebut-sebut sebagai pemain bintang potensial.


Meski bergabung dengan klub tersukses di dunia pada usia 8 tahun, Hakimi tetap harus bekerja keras demi kesuksesannya.


Achraf Hakimi menjadi bagian dari diaspora Maroko di Spanyol, sama seperti 800.000 orang lainnya.


Ia datang dari keluarga imigran dengan latar belakang ekonomi sulit, tumbuh dan dibesarkan dalam rumah tangga berpenghasilan rendah di pinggiran kota industri Getafe, Madrid.


Saat berada di akademi, Castilla Real Madird, Achraf Hakimi sempat mengalami masa-masa sulit, tetapi ia menegaskan bahwa masa kecilnya tetap bahagia.


"Ibu saya adalah seorang pekerja bersih-bersih dan ayah saya adalah seorang pedagang kaki lima," katanya di program TV Spanyol, El Chiringuito, dikutip dari Al Jazeera.


"Ayah dan ibu menyerahkan hidup mereka untukku. Mereka mengambil banyak hal dari saudara-saudara saya agar saya berhasil. Hari ini, saya bermain untuk mereka," imbuhnya.


Memasuki Usia Remaja


Ia tampil gemilang pada UEFA Youth League hingga namanya tenar di kotanya. 


Pada saat itulah, dia juga menarik perhatian Federasi Sepak Bola Kerajaan Maroko.


Karena diaspora Maroko di seluruh Eropa begitu besar, ada banyak bakat yang bertebaran di Spanyol, Belgia, Perancis, dan Belanda.


Sehingga, pihak Federasi Maroko bekerja dengan sejumlah agen untuk mendeteksi calon pemain bintang dan meyakinkan mereka membela timnas Maroko.


"Kami mengintai Achraf Hakimi ketika dia bermain dengan tim Real Madrid U-17." kata Nasser Larguet, Direktur Teknis Federasi Sepak Bola Kerajaan Maroko, kepada majalah FourFourTwo pada 2018.


"|Dia terus-menerus berhubungan dengan pengintai kami, menanyakan kapan kamp pelatihan atau pertandingan kami berikutnya. Saya, secara pribadi, berjanji kepadanya bahwa jika dia terus bermain seperti sebelumnya, dia akan segera bergabung dengan tim nasional senior," papar Nasser.


Debut untuk Maroko

Achraf Hakimi di PSG
Sumber: Goal


Dan benar saja, Achraf Hakimi melakukan debut nasionalnya pada tahun 2016, saat dirinya masih berusia 18 tahun.


Rupanya ada alasan sentimental atas keputusan Hakimi lebih memilih membela negara asalnya Maroko.


Meski tergoda dengan tawaran bermain untuk tim nasional Spanyol dan membuat beberapa penampilan untuk tim juniornya, Achraf Hakimi pada akhirnya tidak pernah merasa cocok dengan La Roja.


"|Budaya saya adalah Maroko. Di rumah, kami berbicara dengan bahasa Maroko, dan makan makanan Maroko, dan saya adalah seorang Muslim yang taat. Sejujurnya, saya tidak perlu terlalu memikirkannya," katanya dalam sebuah wawancara dengan majalah L'Equipe.


"Saya biasa menonton pertandingan Maroko dengan ayah saya yang selalu bercerita tentang pemain legendaris di masa lalu," ungkapnya.


Perjalanan Karir Klub


Di bawah asuhan Zinedine Zidane saat melatih Real Madird, Achraf Hakimi tampil 9 kali di La Liga dan mencetak 2 gol, dan itu sudah cukup baginya untuk mengamankan tempat di timnas Maroko untuk Piala Dunia 2018.


Turname di Rusia merupakan pengalaman yang membuat frustasi Hakimi dan The Atlas Lions, julukan timnas Maroko.


Meski permainan mereka sempat mengungguli tim kuat seperti Spanyol, Portugal, dan Iran, Hakimi dan kawan-kawan akhirnya tersingkir pada babak penyisihan grup.


Sayangnya; Achraf Hakimi sempat mengalami pengalaman yang tidak mengenakan dengan Real Madrid.


Real Madrid mengirimnya dengan status pinjaman selama 2 tahun ke Borussia Dortmund.


Kesempatan emas tersebut tidak dilewatkan oleh Hakimi dan membuktikan dirinya bisa tampil lebih baik.


Tercatat ia berhasil menggemparkan Bundesliga dengan mencetak 12 gol dan 17 assist dalam 73 pertandingan.


Namun, Real Madrid menolak untuk memanggil jasanya.


Penolakan tersebut mendorong dirinya hijrah ke Italia untuk membela Inter Milan di Serie A pada tahun 2020.


Dia pun langsung menjadi bagian integral tim Antonio Conte yang sukses membawa sucdetto kembali setelah sekian lama.


Akhirnya pada 2021, setelah perjalanan panjang melalui berbagai kesulitan dan rintangan. 


Achraf Hakimi semakin disorot berkat bakatnya ketika dia dipinang oleh klub raksasa Perancis Paris Saint Germain (PSG) dengan nilai transfer fantastis sekitar 83 juta dolar AS.


Meski baru berusia 24 tahun, Achraf Hakimi mampu menjadi sosok pemimpin bagi timnas Maroko, dan ia mendulang banyak dukungan selama 3 tahun terakhir berkat permainannya yang ciamik.


Perilaku Achraf Hakimi bisa dibilang tanpa cela, apalagi saat pemain bintang lainnya Hakim Ziyech dan Noussair Mazroui yang berselisih paham dengan mantan manajer Maroko, Vahid Halilhodzic.


Valid Halilhodzic menjadikan Achraf Hakimi sebagai tolak ukur kriteria fisik para pemainnya.


"Persentase lemak tubuh Hakimi adalah 7 persen, sedangkan pemain Maroko lainnya yang bermain di liga domestik memiliki massa lemak yang bervariasi antara 13 hingga 16 persen," kata Vahid Halilhodzic dalam sebuah konferensi pers.


Saat tim asal Afrika utara itu berjuang untuk mencetak gol pada Piala Afrika 2021, Hakimi menjadi pembeda walaupun posisinya bek ia justru mencetak 2 gol penting.


Kemampuan dan keterampilan Achraf Hakimi inilah yang membuatnya selalu diandalkan timnas Maroko.


Tak heran bawa ia kembali dapat diandalkan pada adu penalti krusial kontra Spanyol dalam 16 besar Piala Dunia 2022.


Kemudian setelah mengalahkan Portugal di babak 8 besar dengan skor 1-0. 


Baca juga: Mengenal Zakaria Aboukhlal, Punggawa Maroko yang Jadi Imam Sholat bagi Rekannya


Diharapkan Achraf Hakimi dan rekan-rekannya mampu mengharumkan nama Maroko dikancah sepak bola dunia saat melawan Perancis nanti di babak semifinal Piala Dunia 2022 di Qatar ini.

Get notifications from this blog

 
close