√ JIN NASAB: Anakku dalam Bahaya Part 4 (Real Story) - Ensiklopediasli

Kamis, 31 Desember 2020

JIN NASAB: Anakku dalam Bahaya Part 4 (Real Story)

 Part 4 ini saya ceritakan melihat masih banyak pembaca yang ingin mengetahui kelanjutan cerita sebelumnya.


Uyut anak kami masih hidup. Usianya sudah atau mendekati 100 tahun. Namun mohon dicatat bahwa saya sengaja dan tidak mau menyebut uyut anak kami dari jalur nasab saya atau istri, demi menjaga privasi keluarga besar. Lagipula, bukanlah esensi untuk mengetahui hal tersebut dalam cerita ini.


Jin nasab


Untuk meruqyah uyut anak kami tidak semudah asal meruqyah. Ini menyangkut keluarga besar. Banyak kepentingan di sana. Kami perlu meminta ijin terlebih dahulu kepada keluarga besar, khususnya anak-anak langsung dari uyutnya anak kami. 


Ijin dan cara kekeluargaan perlu dilakukan karena setelah ruqyah bisa saja terjadi berbagai kemungkinan. Kami tidak ingin disalahkan atas kemungkinan buruk yang akan terjadi, sehingga dapat berpotensi merusak hubungan keluarga dan terlebih merusak citra dakwah Tauhid.


Keluarga besar kami masih sangat awam dalam urusan agama. Seperti misalnya ketika diganggu Syaithon nasab, mereka selalu meminta bantuan ke 'orang pintar' yang berkamuflase menjadi sefigur ustadz. 


Mereka pun suka mengamalkan amalan ibadah yang tidak ada tuntunannya secara syariat. Amalan tersebut diyakini sebagai kebenaran karena dibalut nuansa Islami.


Ada yang puasa setiap hari dengan niat meminta hajat tertentu. Ada yang membaca wirid-wirid tertentu yang tidak ada dasarnya dalam agama, dan beberapa amalan nyeleneh lain namun bernuansa Islami. Tak heran dengan amalan ibadah seperti itu, syaithon nasab tak menganggu sampai berupaya mencelakakan fisik mereka.


Mendengar ruqyah syar'iyyah tentu saja membuat perasaan mereka (keluarga besar) tidak nyaman. Beberapa (mayoritas) keluarga besar memberikan ijin, namun ada juga beberapa yang menolak. Kami husnudzon (berbaik sangka), penolakan mereka disebabkan ketidaktahuan (kejahilan) tentang praktik ruqyah syar'iyyah.


Uyutnya anak kami harus diruqyah demi membatalkan perjanjian/kontrak dengan bangsa jin. Saya coba berikan pengertian bahwa ruqyah yang dilakukan kepada uyutnya anak kami hanya sebatas membacakan ayat-ayat Quran. Tidak ada praktek menangkap jin lalu jinnya dimasukan ke dalam botol. Tidak ada gerakan-gerakan seperti yang dilakukan tim pemburu hantu atau yang semisal. Ya, murni hanya dibacakan ayat Quran dengan niat ruqyah.


Alhamdulillah, kami bersyukur kepada Allah ta'ala, setelah beberapa ikhtiar untuk menjelaskan dan memberikan pemahaman, ijin meruqyah uyutnya anak kami pun diberikan. Insya Allah jika tidak ada aral melintang dalam minggu depan kami bersama ust. Fadlan dan tim akan meruqyah uyutnya anak kami di rumahnya. 


Kami sudah meminta bantuan keluarga besar untuk mengumpulkan semua pusaka/jimat/keris/atau barang apapun yang dianggap sakti. Namun, qadarallah katanya barang-barang tersebut sudah tidak ada di rumah. Entah hilang, tak kasat mata, atau sudah dibawa oleh orang lain.


Ijinkan saya pindahkan fokus cerita terkait anak kami. 


Sudah beberapa hari kami sekeluarga tinggal di tempat ust. Fadlan. Ruqyah dilakukan intensif pagi dan sore. Gangguan syaithon nasab semakin frontal. Selain berusaha mencelakakan fisik anak kami, musuh Allah ini pun berupaya sekuat tenaga membuat anak kami tidak bisa beribadah.


Jin nasab membuat anak kami tidak bisa berbicara. Ya betul, tidak bisa berbicara karena mulut anak kami dikunci oleh jin nasab. Saya berusaha membuka mulut anak kami yang mingkem rapet, betul-betul kuat sekali. Jika dipaksakan, saya khawatir menyakiti anak saya sendiri.


Barulah kemudian saya ruqyah mulutnya, sambil dibantu ust. Fadlan dengan cara merendam kaki dan tangan anak kami di ember air bidara yang diisi es batu. Selain itu, ust. Fadlan memberikan minyak wangi untuk dioleskan dimulut anak kami. 


Alhamdulillah dengan cara tersebut mulutnya sudah bisa terbuka. Panas katanya. Anak kami sudah bisa bicara kembali, namun ia tidak mampu mengucapkan kata yang berkaitan dengan amalan ibadah.


Ketika diminta mengucapkan kata 'abi', 'umi' dan nama-nama saudara dan orang yang dikenalnya, ia bisa lancar mengucapkannya tanpa hambatan. Namun, ketika diminta mengucapkan ta'awudz, basmalah, nama Allah, dan nama-nama Nabi, ia tidak mampu melakukannya. Bibirnya rapat terkunci hanya bergoyang seperti sedang mengunyah.


Bukan hanya itu saja. Musuh Allah ini juga membuat anak kami tidak bisa membaca Quran. Anak kami mengatakan bahwa ia tidak bisa melihat huruf di dalam mushaf. Hanya ada harokatnya saja. Kata 'bismillah', terlihat i-i-a.


Gangguan serupa juga terjadi pada pendengarannya. Jin nasab ini membuat anak kami tidak mampu mendengar kalimatullah. Ketika dibacakan ayat-ayat Quran, anak kami hanya mendengar harokatnya saja. 


Makhluk terkutuk ini juga mengganggu hati anak kami sehingga ia tidak ingat hafalan Qurannya. Anak kami tidak bisa melantunkan dzikir dan ayat Quran secara keras, dan juga tidak bisa melakukannya di dalam hati! 


Betul-betul terkutuk syaithon nasab ini. Ia mencoba menghalangi anak kami dari berdzikir dan membaca Quran.


(Bersambung insya Allah jika masih banyak yang ingin membaca kelanjutan cerita nyata ini. Pada cerita berikutnya insya Allah akan saya ceritakan bagaimana praktek dan metode ruqyah putus kontrak dengan bangsa jin yang dilakukan dan reaksi-reaksi yang terjadi)


Nb:

Cerita ini saya tuliskan agar bisa menjadi pelajaran dan menambah keimanan bagi yang membaca.


Hendy Mustiko Aji

Get notifications from this blog

 
close