Struktur Teks Hikayat atau Unsur-Unsur dalam Hikayat
Struktur teks hikayat atau unsur-unsur yang terkandung dalam hikayat. Hikayat adalah karya sastra lama Melayu yang mengisahkan kehidupan pada zamannya dengan penggambaran yang unik.
Sebuah karya sastra memiliki unusr-unsur yang turut membangun karya sastra tersebut baik sastra modern maupun sastra melayu klasik.
Unsur-unsur hikayat bisa berasal dari dalam (unsur intrinsik hikayat) maupun dari luar (unsur ekstrinsik hikayat). Begitu juga dengan hikayat yang termasuk dalam sastra Melayu Klasik.
Berikut unsur-unsur/struktur teks hikayat adalah:
Struktur Teks Hikayat / Unsur-Unsur Hikayat
Tema
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu.
Hartoko mengatakan, tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra. Menurut Nurgiyantoro menyatakan bahwa "tema dalam cerita berhubungan dengan makna pengalaman hidup. Tema terbagi menjadi dua bagian, yaitu tema umum dan tema khusus."
Selanjutnya, Wiyatmi mengatakan tema pada dasarnya merupakan sejenis komentar terhadap subyek, atau pokok masalah, baik secara implisit maupun eksplisit.
Alur
Sebuah hikayat menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu.
Menurut Nurgiyantoro kriteria urutan waktu alur terdiri atas tiga kategori , yaitu:
- Alur maju. Jika cerita dikisahkan secara kronologis, peristiwa-peristiwa pertama diikuti oleh peristiwa yang kemudian atau secara runtun dimulai dari tahap awal, tengah dan akhir cerita atau disebut juga dengan alur maju.
- Alur mundur. Jika cerita atau kejadian yang dikisahkan tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan dari tengah atau bahkan dari akhir.
- Alur campuran. Sebenarnya tak mungkin ada cerita pun yang mutlak flash-back. Hal ini disebabkan jika yang demikian terjadi pembaca akan sulit mengikuti cerita.
Latar (Setting)
Sebuah cerita tentunya memiliki latar. Latar menunjukkan segala keterangan mengenai latar tempat, latar suasana dan latar waktu.
Menurut Abrams "latar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan."
Latar biasanya menggambarkan tempat, waktu dan sosial. Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Sementara latar waktu berhubungan dengan masalah "kapan" terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dan latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tokoh dan Penokohan
Hartoko menjelaskan, citra tokoh itu disusun dengan memperpadukan berbagai faktor yakni apa yang difokalisasinya, bagaimana ia memfokalisasi, oleh siapa dan bagaimana ia sendiri difokalisasi, kelakuannya sebagai pelaku dalam deretan peristiwa, urutan waktu (suasana) serta pertentangan tematis di dalam karya itu yang secara tidak langsung merupakan bingkai acuan bagi tokoh.
Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui karyanya.
Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita
Menurut Kosasih "Amanat merupakan ajaran moral atau pesan dedaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu."
Karena itu, untuk menemukannya, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf, melainkan harus menghabiskannya sampai tuntas.
Gaya Bahasa
Menurut Nurgiyantoro "Gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan seseuatu yang akan dikemukakan."
Penggunaan gaya bahasa hakikatnya adalah kegiatan berbahasa. Sebuah gaya bahasa dikatakan baik bila memandang tiga dasar yaitu kejujuran, sopan santun dan menarik. Dengan demikian gaya bahasa dapat bermacam-macam sifatnya tergantung konteks dimana digunakan.
Sedangkan Kosasih menyatakan "Dalam cerita penggunaan gaya bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh."
Kemampuan penulis mempergunakan bahasa secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus terang atau simpatik atau menjengkelkan, objektif atau emosional.
Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat guna bagi adegan yang seram, adegan cinta, ataupun peperangan, keputusan maupun harapan. Contoh gaya bahasa antara lain sebagai berikut:
- Hiperbola. Gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekankan, memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
- Personifikasi. Majas yang membanding-bandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
- Ironi. Majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir.
Itulah tadi struktur teks hikayat atau unsur-unsur yang terkandung dalam hikayat beserta pengertiannya.
Baca juga: Contoh Hikayat Abu Nawas
Demikianlah artikel tentang unsur-unsur hikayat atau struktur hikayat. Semoga bermanfaat bagi Anda. Sekian dan terima kasih.
Get notifications from this blog