√ JIN NASAB: Anakku dalam Bahaya Part 3 (Real Story) - Ensiklopediasli

Kamis, 31 Desember 2020

JIN NASAB: Anakku dalam Bahaya Part 3 (Real Story)

 Ini adalah part 3 dari cerita-cerita sebelumnya.


Saya begitu sedih dan terpukul tatkala mengetahui gangguan yg menyerang anak kami adalah gangguan Jin Nasab. Ia diturunkan melalui jalur darah (nasab) tanpa adanya persetujuan. Persekutuan dengan bangsa jin yang dilakukan oleh orang lain, namun keturunan yang kena imbasnya.


jin nasab


Kami menganggap kejadian ini adalah salah satu ujian keimanan dari Allah ta'ala. Disaat saya begitu terpukul, mudah menangis terisak, hati dipenuhi was-was, lantas ada beberapa kawan menawarkan bantuan melalui jalur 'orang pintar' alias dukun. Alhamdulillah, Allah masih meneguhkan hati kami untuk menolak bantuan-bantuan tersebut.


Saya dan istri mulai sering menganalisis mengapa serangannya begitu frontal sampai ingin mencelakakan anak kami. Kami coba bertanya-tanya kepada keluarga kami apakah ada dari mereka yang memiliki indikasi diturunkan Jin Nasab juga. Ternyata hampir semua, dan mayoritas yang diganggu adalah saudara perempuan! 


Diantara mereka ada yang dari kecil juga indigo, ada yang selalu ditampakkan penampakan-penampakan, bahkan ada yang sampai selalu mengikuti dan menemani ketika tidur. Akan tetapi, tidak mengganggu sampai ingin mencelakakan fisik seperti yang dialami anak kami, Ummu Abdirrohman.


Analisis kami mengarah pada satu dugaan mengapa gangguannya bisa frontal kepada anak kami, yaitu karena 'ibadah yang dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat. Sangat nyata terlihat, jin Nasab ini sangat membenci ketika anak kami beribadah. 


Semua barang yang disembunyikan adalah barang yang berkaitan dengan ibadah. Mukena, sarung, bahkan Quran sekalipun. Terlebih anak kami adalah penghafal Quran. Sangat jelas yang kami rasakan bahwa tujuan dari jin Nasab ini ingin menggelincirkan anak kami (nasab) dari aqidah yang lurus.


Anak kami pernah cerita, saat tinggal di kontrakan sebelumnya, ada anak kecil (jin) di dalam rumah yang tidak suka ia sholat. Musuh Allah ini mengatakan kepada anak kami, "ngapain sih rajin-rajin sholat, baca Quran..!!".


Jin-jin ini juga mengganggu saat anak kami disekolah. Dulu pernah ada komplain dari guru (ustadzahnya) di sekolahnya (sebelum pindah sekolah ke sekolah sekarang). Katanya anak kami selalu ngobrol sendiri, dan tidak fokus memperhatikan pelajaran. 


Anak kami cerita pada malam hari Jum'at itu bahwa ia saat di sekolah bukannya ngobrol sendiri. Namun, ketika pelajaran, jin selalu mengganggunya dan anak kami mencoba mengusirnya dengan mengatakan "iih.. sana awas awas, aku mau belajar!", sehingga ia terkesan ngobrol sendiri.


Anak kami dilaporkan tidak mau duduk di kursi ketika pelajaran. Ternyata saat itu bangkunya didudukin Jin. Jika ia mengusirnya, nanti ia dimarahin dan dikira ngobrol sendiri. Semoga ustadzah anak kami dahulu membaca tulisan ini.


Selain itu kami juga sadar bahwa jin yang terkutuk ini mencoba untuk memisahkan hubungan antara ibu dan anak. Kami sempat heran karena anak kami mengeluarkan bau keringat yang tidak wajar semenjak kecil. Qadarallah bau ini sangat tidak disukai istri saya. Istri saya selalu ingin muntah ketika mencium bau anak kami. 


Baunya ini bersumber di kepala, bukan di badan atau ketiak. Sempat ingin saya konsultasikan ke dokter kulit. Alhamdulillah, bau-bau ini hilang setelah anak kami di ruqyah dan dimandikan air bidara yg telah diruqyah oleh ustadz Fadlan.


Hari pertama ruqyah di tempat ust. Fadlan, sekujur badan anak kami kesakitan. Ia sampai mengeluarkan air mata. Ust. Fadlan sudah banyak pengalaman menangani pasien Jin Nasab. Menurutnya, kontrak dengan jin nasab bisa diputus langsung pada level anak yang diturunkan, namun akan lebih efektif jika diputus pada level bapak/kakek/uyut jika masih hidup.


Saat ini, ruqyah dan putus kontrak dengan bangsa jin masih dilakukan pada level anak kami. Sudah lebih dari 12x intensif Ruqyah, alhamdulillah gangguan melemah, namun gangguan masih ada. Jin belum mau keluar dari tubuh anak kami.


Sepertinya memang harus diputus kontrak langsung pada level uyut anak kami dengan cara di ruqyah. Namun, menempuh pendekatan ini bukannya mudah. Masih ada dari keluarga besar kami yang menolak mentah-mentah rencana tersebut. Butuh ekstra kesabaran dalam menjelaskan dan memberikan pemahaman.


(Bersambung insya Allah jika masih banyak yang mau membaca kelanjutan ceritanya. Jika tidak banyak yang mau membaca kelanjutannya, saya sudahi cerita ini sampai disini)


Nb:

- Cerita ini saya tuliskan agar bisa menjadi pelajaran dan menambah keimanan bagi yang membaca

- Saya tidak menyebutkan uyutnya anak kami dari jalur nasab saya atau istri, demi menjaga privasi keluarga besar 

Hendy Mustiko Aji

Get notifications from this blog

 
close